FILSAFAT MATEMATIKA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

by 21.07 0 komentar
Sumber utama: Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika oleh Dr. Marsigit, MA pada 21 April 2011

Dari kehidupan sehari-hari mulai sejak dahulu kala, peradaban manusia hingga sekarang adalah suatu fenomena dalam filsafat. Peradaban-peradaban manusia, ada Mesopotamia, Babilonia, Mesir dan terutama Yunani mulai berpikir tentang matematika. Orang-orang Yunani mulanya berpikir tentang matematika dengan cara abstraksi dan idealisasi untuk menghilangkan atau membebaskan matematika dari ruang dan waktu. Abstraksi dan idealisasi dilakukan untuk memperoleh bukti.
Dari alam transenden pikiran manusia disebut sebagai noumena, segala sesuatu dianggap menjadi dua, yaitu segala sesuatu itu bersifat tetap (oleh Permenides) atau segala sesuatu itu bersifat berubah (oleh Heraclitos). Segala yang ada di pikiran manusia bersifat tetap sedangkan yang ada di kehidupan sehari-hari atau fenomena bersifat berubah.
Suatu sistem, struktur, dan bangunan memiliki fundamen. Fundamen ini bergantung pada darimana ia memulai, jika dimulai dari sesuatu yang jelas maka disebut fundamentalism sedangkan jika ia dimulai dari yang tidak jelas maka disebut intuitionism. Dilihat darimana matematika dimulai maka matematika bisa berarti tunggal, dual, multi, atau plural. Matematika yang dual maka bisa berarti matematika itu absolut atau relatif. Oleh karena itu, manusia perlu berpikir secara ekstensif dan intensif sehingga secara filsafat dapat menterjemahkan atau menemukan maknanya.
Dalam filsafat matematika terdiri dari tiga jalur, yaitu
1. Ontologi Matematika
2. Epistemologi Matematika
3. Aksiologi Matematika.
Suatu ketika berkembang pemikiran matematika berkembang dari sebuah awal. Matematika ini adalah matematika fundamentalis, formalis, dan aksiomatis dengan sifat-sifatnya rigor atau apodiktif, konsisten, tunggal, pasti, koheren, identitas, dan absolut. Tokoh matematika yang seperti ini adalah Hilbert. Akan tetapi, matematika ini adalah dalam ranah pikiran manusia yang terbebas dari dimensi ruang dan waktu, dengan kata lain matematika ini disebut pure-mathematics.
Di sisi lain, dalam kehidupan sehari-hari terutama di sekolah, matematika yang dibutuhkan adalah matematika yang terikat oleh ruang dan waktu sehingga matematika sekolah ini bersifat kontradiktif, relative, plural, dan korespondensif. Oleh karena itu, akan sangat bahaya bila pure-mathematics diterapkan dalam sekolah. Jika pure-mathematics benar-benar diterapkan dalam sekolah yang terjadi adalah sebuah kehancuran. Matematika dianggap sulit oleh siswa.

silfia yulianis

Penulis

Seseorang yang akhirnya ragu apakah dia benar-benar mencintai matematika ataukah hanya sekedar mengaguminya saja.

0 komentar:

Posting Komentar